Thursday, June 26, 2008

tulisan iseng...(bener2 iseng...)

KACAMATA

Nafisah Fattah

''Wo...Bowo...tolongin mama angkat kardus ini dong...''

''Ih mama nih...kan ada bi Iyem, angkat berdua masak nggak kuat sih''

''Eh...kamu ini, yang cowok di sini cuman kamu, berhenti bentar kek maen game-nya''

''Tanggung nih ma, lagi seru!'' teriakku nggak kalah kenceng. Kututup lubang telingaku dengan buntelan kapas, aku tau pasti mama lagi ngomel, tapi gimana lagi. Hari minggu cuma sekali dalam tujuh hari, dan aku baru menemukan game internet yang udah lama ku incer. Papa lagi ke luar kota selama seminggu, jadi di rumah ini cuma tinggal aku, mama dan bi Iyem. Kakak tercintaku, Aisya masih kuliah di Ubaya sambil nge-koss dekat kampusnya. Tapi sesekali, dua minggu sekali pulang. Sedangkan aku sendiri masih kelas 3 menengah pertama di salah satu sekolah swasta Surabaya. Papa kerja di perusahaan travel. Walaupun nggak kaya-kaya amat. Tapi keluargaku, keluarga yang berkecukupan. Mama sendiri, karena pada dasarnya, orangnya nggak bisa diem, ada aja yang dikerjain, salah satunya nerima catering. Padahal tanpa mama kerjapun, penghasilan papa lebih dari cukup.

''Buat jaga-jaga kalo papamu lagi dateng setan pelitnya'' itu masih pembelaan diri yang pertama.

''kenapa sih ma, pake nerima catering segala,bukannya mama udah cocok di Butik tuh. Capek loh ma...'' aku berusaha sesekali jadi anak yang baik, yang perhatian sama ortu.

''buat nambah-nambah klo lagi ada barang disconan di Factory Outlet'' sambil lalu ke dapur

''Ih dasar mama'' apalagi alasan utamanya klo bukan karena penghematan.

Dan banyak lagi.

###

Sebenarnya orang tua ngasih nama aku Indra Wibowo. ''Wibowo'' nyomot dari nama ayah . jadi namaku sebenarnya cuma Indra doing. Guru bahasaku ketika ngabsen suka menyebutku dengan ''Indra tok'', tidak lucu. Temen-temen sekelas apalagi, suka iseng manggil bowo (ngasal deh…). Eh, pas aku curhat masalah namaku ini ke mama, beliauwati juga iseng manggil aku Bowo, lebih be-te lagi, pas gebetanku lagi datang ke rumahku. Mama dengan perasaan tega 180 derajat sengaja teriak manggil Bowo, Bowo dengan suara ceprengnya. Ih amit-amit deh, emang aku pelawak. Ce-Pe (alias Cewek Pujaan)ku kan tahunya aku Indra, bukan Bowo.

###

Akhir-akhir ini, mataku agak sliwer-sliwer kalo lagi baca. Parahnya lagi, makin sliwer beberapa hari ini.

''Duh...masak sih aku harus pake kacamata, gimana dong Din..?'' ucapku sambil pasang muka paling melas.

''ya gimana lagi, daripada matamu ntar malah parah, hayo??. Lagian apa salahnya make kacamata doang. Takut ngerasa punya tanggungan social?''

''Maksudnya?''

''Ya…orang ngiranya kamu pinter?,padahal aslinya dodol.'' jawab Dino males-malesan tanpa menoleh sedkitpun dari buku yang lagi asyik dibacanya.

''kamu yang dodol,aku nanya baek-baek, dijawabnya malah gitu'' aku manyun-manyun aja.

''Lah terus kenapa dong?'' dia dengan muka innocent malah balik nanya

###

Belum selesai, bingung mo ngelanjutin.

Hallah…tulisan nggak mutu. Sapa yang mo bantuin ngasih ide kelanjutannya. Makasih banget. Hehe..

Dear, eve...!!! 9

cicak

cowok-cowok playboy
seperti hantu gentayangan
suka berkeliaran
mencuri perhatian wanita

dengan rayuan gombalnya
berusaha memikat hati
para wanita
untuk kemudian ditinggalkan

dasar playboy
kamu layaknya cicak
yang suka bersembunyi
di sudut-sudut tembok

orang dulu bilang
membunuh cicak
dapat pahala
kalau kamu playboy
layaknya cicak
kamu mati aku senang
hu..hu...

Dear, eve...!!! 8

saat kutatap langit
dengan warna birunya
aku mulai membatin
bahwa aku bisa

aku punya sesuatu
yang tidak dimiliki
sebagian yang lain
aku ingin mencoba

apa yang aku bisa
bukanlah hal yang mudah
jika aku tidak berusaha
untuk mengembangkannya

tuhanku yang kucinta
jangan biarkan aku jatuh
terpuruk tanpa melakukan sesuatu
yang berharga
jangan biarkan aku mati
membeku tanpa ada satu halpun
yang membuat orang terkasihku
merasa ada dengan keberadaanku

Dear, eve...!!! 7

aku bimbang...
tiap kali aku mengingat sikapmu
aku tidak tahu...
apa maksud hatimu

tiap kali kau selalu menyebut
dia dan mereka
kau mengucapkan dengan bahagia
aku merasa aku mulai jatuh cinta
tapi aku tidak yakin
aku baru tahu
apa itu cemburu
terkadang aku ingin selalu melihatmu
terkadang juga aku merasa benci dengan dirimu

aku bingung...
aku juga resah...
tapi aku tidak pernah merasa jatuh
karena aku tahu di mana aku berdiri
dan aku tahu untuk apa aku berdiri




Summer at Cairo

ANDAI TEMBOK BISA BICARA

Nafisah Fattah

Mesir. Yang dikenal dengan negeri tua peradaban tinggi, banyak para ilmuwan yang dilahirkan dari negeri ini, aku juga tidak menyangka sampai ke negeri yang kata orang ini negeri seribu menara. Walaupun sampai sekarang aku masih belum sempat menghitung pucuk-pucuk menaranya.

Semilir angin dari pepohonan yang rindang. Untuk keadaanku yang lelah saat ini adalah tempat yang nyaman buat berlindung dari terik sinar matahari yang tidak mau kompromi.

"Masih baru adzan Dhuhur" ujarku dalam hati sambil melirik jarum jam tanganku yang menunjukkan angka setengah satu, aku mencari tempat yang pas untuk bisa diduduki.

"Ahh…segar" sambil menyeruput sedikit demi sedikit cairan dingin dari lubang kaleng Miranda yang baru kubeli dari kios terdekat. Aku mendesah sendiri, akhirnya ada juga batu tinggi, dekat tembok yang bisa buat duduk-duduk, sekalian meng-istirahatkan kaki yang sudah mulai protes. Uahh…lelahnya, ngantuk lagi.

Gelap sekali, tapi kok…seperti ada suara rintihan, sambil celingak celinguk ke kanan ke kiri aku mencari sumber suara yang semakin lama semakin jelas.

"Hiks…hiks…tolong aku"

"Kamu siapa? Jangan menangis, aku tidak kenal kamu!"

"Kamu memang tidak kenal, dan tidak akan pernah kenal aku, karena aku bukan manusia, begitupun aku tidak kenal kamu, manusia-manusia lainnya, tapi menolong tidak harus kenal kan , setidaknya kamu sebagai kaum laki-laki, mungkin tahu jawaban dari keluh kesahku"

"Hikk, kalau kamu bukan manusia terus siapa?" aku terperanjat karena saking kagetnya, sampai-sampai busa dari cairan Miranda-ku masuk ke hidung, aku tersedak.

"Aku sebuah tembok, tembok dibelakang batu yang kau duduki sekarang" lanjut suara tak dikenal itu

"Hi…hi…kamu bercanda ya…masa tembok bisa bersuara" kataku, masih tidak percaya dengan pendengaranku.

"Aku serius, eh kalau dilihat dari wajahmu, pasti kamu bukan orang sini…"

"Emang bukan, kok kamu tahu?

"Kalau melihat ciri-ciri yang ada pada kamu, siapapun pasti tahu kalau kamu orang asing, orang Indonesia , betul kan ?"

"Ahh…sok tahu!"

"Ya memang tahu, badan kecil, kulit sawo matang, hidung agak pesek…"

"Stop…stopapa terakhir kamu bilang, hidung pesek? nggak semuanya, gini-gini hidungku paling mancung sekeluarga"

"Apa…hahaha, segitu paling mancung, gimana peseknya"

"Sudah, sekarang kamu mau apa? bicaralah! setelah ini jangan ganggu aku lagi!"

"Aku ingin kamu bercerita tentang orang-orang di negaramu, tentang masalah kebersihan yang mereka jalani sehari-hari"

"Maksudmu?"

"Tadi… kan aku sudah bilang, cukup sekali bagi orang bijak!"

"Dasar! Emang kenapa kalau seandainya aku bilang mereka jorok, karena membuang sampah sembarangan, berakibat sungai-sungai keruh dan tidak jalan, akhirnya aliran sungai jadi tersumbat. Anehnya, setelah melihat dampak negatifnya, mereka bukannya sadar, malah menambah tumpukan sampah, ya sudah yang dulunya sungai sekarang malah jadi kubangan sampah. Emang kamu punya solusi biar mereka nggak seperti itu lagi"

"Ye…aku sendiri juga mau minta tolong kamu, gimana solusinya biar tiap orang laki-laki di sini, di Mesir ini nggak kencing sembarangan, seperti di tembok-tembok, di jalan-jalan, pokoknya di tempat-tempat terbuka manapun"

"Ya…itu masalahmu, kenapa mau jadi tembok!"

"Apa jeleknya jadi tembok, dari pada manusia, diberi akal tapi nggak mau menggunakan akalnya dengan baik, sama saja bohong, ya kan …banyak masjid di sekitar sini, dan tiap masjid pasti ada kamar mandinya, tapi kenapa masih menyiksaku dan teman-teman tak bernyawa lainnya dengan aroma pesing dari kencing-kencing orang tak bertanggung jawab" keluhnya.

"Kasihan kamu ya…padahal Mesir kan negara Islam, dan mereka pasti tahu dan faham betul tentang slogan 'Annadhafatu minal Imaan', betapa tersiksanya kamu, walaupun aku tidak punya jalan keluar, tapi aku juga ikut sedih, sabar ya…"

"Eh, manusia, sebenarnya aku bangga sekali bisa menjadi bangunan yang ada disini, walau hanya sekedar tembok biasa, kamu pasti tahu kan tentang budaya-budaya Mesir yang sudah mendunia, tapi…" ucapnya menggantung.

Seandainya ia manusia, aku bisa membayangkan raut wajahnya yang menunjukkan kesedihan dan rasa ketidakadilan yang berlaku pada dirinya,

"Tapi kenapa?" aku berusaha menunjukkan wajah prihatinku atas apa yang terjadi padanya,

"Aku menyesali juga budaya yang nggak ada bagus-bagusnya malah ikut di budidayakan"

"Seperti apa?"

"Ya…ini salah satunya, nggak peduli dari luar orang tersebut seperti berpendidikan atau yang tidak berpendidikan, rata-rata sama"

"Eh, bukannya mau buka aib ya…di negaraku juga ada yang orang yang tidak bertanggung jawab buang air kecil sembarangan"

"Aku tahu, tapi tidak separah di sini"

"Maksudnya?"

"Mereka masih punya malu, memilih tempat yang sekiranya orang lain tidak tahu, itupun yang melakukan seperti itu cuma orang-orang pekerja keras seperti supir truk, pedagang asongan di terminal-terminal. Kalau di sini, nggak peduli di tepi atau lagi di tengah jalan kalau sudah maunya, mau di tempat sepi atau di tempat keramaian, mereka nggak akan pikir-pikir lagi"

"Iya ya…benar juga katamu, pernah aku berjalan dan nggak sengaja sejajar dengan seorang bapak, entah kenapa bapak tersebut seperti tergesa-gesa ingin mendahului jalanku, eh…tanpa rasa malu sama sekali, tiba-tiba di depanku tepat dia langsung menuntaskan keinginanannya, buang air kecil. Ya…aku yang tidak menyangka akan menyaksikan adegan seperti itu hanya bisa melongo. Dan tanpa pikir panjang, aku langsung lari terbirit-birit, takut!, kok bisa mereka seperti itu ya…". Belum sempat aku tahu jawabannya.

***

"Hai anak muda, ngapain kamu tidur di sini, cepat pergi, aku mau buang air kecil, sudah nggak tahan nih, ma'alisy ya…" dengan logat Mesirnya yang kental, tiba-tiba seorang bapak berperut buncit membangunkanku dari keterlelapan dan menyuruhku pergi dari tempat di mana aku duduk barusan.

"Uhh…" sambil bersungut-sungut sebal aku berlalu dari tempat tadi. Karena terlalu capek berjalan jauh aku sempat terlelap sejenak sambil duduk di atas batu yang mengantarku pada mimpi tentang rintihan tembok. Entah bagaimana nasib baju yang kupakai saat ini, yang jelas pasti najis. Aku segera mencari angkutan umum yang bisa membawaku cepat sampai rumah.

"Masih pukul setengah satu lebih sepuluh menit" ujarku dalam hati ketika melirik jam tanganku untuk kesekian kalinya.

Sambil berjalan aku masih membayangkan betapa sedihnya nasib tembok yang jadi korban air kencing orang-orang tidak tahu malu.

Cairo, Gate III, September 05

Dear, eve...!!! 6

PERCAKAPAN JIWA

Perlahan-lahan...
jiwa ini seperti hilang
mengembara entah kemana
dahaga seolah datang
mencari ketenangan yang purna

Perlahan-lahan...
resah hati seakan merambat
mengaliri pikiran yang mulai tersumbat
angan seolah berenang-renang
dalam kerisauan yang cenang perentang

perlahan-lahan pula
keputusasaan mulai menyerang
mencari kepastian yang pasti
akankah selamanya
kuhadapi kenyataan seperti ini?
tanyaku pada diriku

tapi,
perlahan-lahan pula
kucoba berdiri dan bertahan
mencari keyakinan hati
yang mungkin saja
masih tertinggal dan ku berusaha tuk menemukannya

Dear, eve...!!! 5

kadang aku merasa takut
dengan takdir yang kujalani
entah apa yang terjadi dengan esok
aku tidak pernah tahu

seseorang yang aku sayangi mengabaikanku
seorang yang lain menawarkan cinta
duniaku benar-benar membingungkan
aku tidak tahu apa yang terjadi dengan diriku

saat ini aku hanya bisa diam
dengan menulis semua perasaanku pada kertas
berteman kertas dan tinta
sedikit menghilangkan rasa takutku

tuhanku...dimana Engkau...
aku seperti tersesat dalam ketidaktahuan
apa yang harus kulakukan
beri aku petunjukMu
terangi jalanku dengan RidhaMu
hanya Engkau yang kubutuhkan
untuk menyelesaikan ini semua

Wednesday, June 25, 2008

Dear, eve...!!! 4

kamu datang
dan duduk disampingku
kamu pegang tanganku
dan katakan kamu pelindungku
tapi itu semua hanya gurauan bagimu

sedikit terlambat
dan tidak ingin lebih terlambat
pergi dan temukan orang lain
aku akan membiarkanmu pergi
aku masih menyayangi diriku sendiri
jika hanya untuk kau jadikan hiburan

hanya sedikit kesalahan
dan aku tidak ingin merasa bersalah
karena aku tidak bisa menunggu
kamu pernah bilang
jika aku memberikan hatiku
kamu tidak akan menyakitiku
yah...kamu tidak menyakitiku dari depan
tapi seperti menusukku dari belakang
sebenarnya, itu bukanlah apa-apa bagiku
karena kamu hanya orang lain

aku bisa mencintaimu dengan seluruh hatiku
sayang, dengan orang yang suka
memainkan hati seperti dirimu
aku tidak punya pengharapan sama sekali
kamu harus tahu
karena itu memang jalan untuk hidup

Dear, eve...!!! 3

aku ingin belajar mencintaimu
walaupun aku tidak tahu cara
bagaimana harus mencintaimu
tapi aku tetap mencoba

perlahan, ada perasaan lain
yang ingin kusampaikan padamu
aku ingin jadi bagian hidupmu
tapi apakah itu mungkin

kadang ada perasaan bimbang
yang menyelinap
tentang sikap yang kau tunjukkan
itukah yang ada dalam hatimu

aku hanya mencoba
untuk menunjukkan sayangku padamu
tapi kamu seperti tidak pernah
menganggap keberadaanku
aku benar-benar tidak tahu
apa yang harus aku lakukan

aku tetap ingin belajar mencintaimu
walaupun aku belum tahu cara
bagaimana harus mencintaimu
dan aku tetap mencoba
sampai datang jalan
dimana aku harus berhenti

Cairo, 2008

Sunday, June 22, 2008

Dear, eve...!!! 2

seperti orang lain
ketika aku masih kecil
aku pernah bermimpi
bercita-cita untuk
jadi orang besar

seperti orang lain
ketika aku dewasa
aku ingin mewujudkan
cita-cita yang pernah kuimpikan
ketika aku kecil

seperti yang lain
ketika aku lebih dewasa
aku mulai bersikap
terhadap hal yang kucitakan
untuk menjadikannya nyata

seperti yang lain
aku mulai mengalami ujian
kekerasan dunia mulai menyadarkanku
bahwa tidak mudah menjadi orang besar
aku mulai tahu apa itu arti berjiwa besar
dan semua itu membuatku lebih dewasa lagi

Dear, eve...!!! 1

jalanku pasti ada
jika aku mau mencari
keajaiban itu pasti datang
jika aku tidak berputus asa

mencoba suatu hal
tidak untuk sekali dua kali
tapi harus dengan kesabaran
yang aku pertahankan

kegagalan bukanlah suatu akhir
dari apa yang pernah ku alami
aku masih terus mencoba dan mencoba
mencari situasi yang kuinginkan
demi kebahagiaan dan ketentraman hati

akan sulit kuraih keinginanku
tanpa ada dukungan dan perhatian
dari orang-orang yang kusayang
dari orang-orang yang mau mengakui
keberadaanku dan talenta yang kumiliki

Wednesday, June 18, 2008

Refreshing, ouy...



ESHA

Comme si je n'existais pas

Elle est passee a cote de moi,

Sans un regard, reine de Saba

J'ai dit: Esha, prends tout est pour toi

Voici, les perles , les bijoux

Aussi l'or autour de ton cou

Les fruits bien murs au gout de miel

Ma vie, Esha, si tu m'aimes

J'irai ou ton souffle nous mene,

dans les pays d'ivoire et d'ebene

J'effacerai tes larmes, tes peines

rien n'est trop beau pour une si belle

Esha, esha, ecoute moi

Esha, esha, t'en vas pas

Esha, esha, regarde moi

Esha, esha, reponds moi

Je dirai les mots, les poemes

je jouerai les musiques du ciel

Je prendrai les rayons du soleil

pour eclairer tes yeux de reve

Elle a dit garde tous tes tresors

Moi, je vaus mieux que tout ca

Des barreaux sont des barreaux memes en or

Je veux les memes droits que toi

Du respect pour chaque jour

Moi, je ne veux que de l'amour

Comme si je n'existais pas

Elle est passee a cote de moi

Sans un regard, reine de Saba

J'ai dit: Esha, prends tout est pour toi


yang dah dimuat di kumcer ''Dialektika Bisu'' (LSBNU)

SALAM TEMPEL

Nafisah Fattah

"Pak Kus…untuk masalah halal bihalal tahun ini, masyarakat meminta anda untuk menangani, bagaimana menurut anda pak Kus?, kasihan kalau harus pak Yono lagi. Dia sudah tua, pasti capek untuk mengurusi hal-hal seperti ini. Tolong ya pak Kus" kata pak Mun, RT di Dusun Damai ini, secara tiba-tiba saat berkunjung ke rumahku.

"Ah pak Mun, apa tidak salah dengar. Saya kan tidak tahu apa-apa. Jangan-jangan kalau acara besar seperti halal bihalal ini diserahkan pada saya, malah tidak semenarik acara tahun-tahun sebelumnya, atau bisa-bisa gagal"

"tidak ada petir, apalagi hujan", kataku masih tergagap. Kaget atas permintaan pak RT, tapi juga ada sedikit rasa bangga karena bisa dipercayai untuk mengurus hal besar seperti itu.

"Sudahlah pak Kus, belum maju dan mencoba kok pesimis, lagian pak Kus kan tidak sendirian, banyak remaja-remaja masjid dusun yang membantu. Saya yakin pak Kus pasti bisa. Ini amanah dari masyarakat lho pak !" potong pak Mun. Aku hanya bisa mengangguk-anggukkan kepala saja saat pak Mun bicara, tidak berani membantah ataupun menolak. Walaupun aku tidak seberapa paham maksudnya kismis, eh pemisis. Ah entahlah istilah apa itu, maklumlah sekolah saja tidak lulus. Hehe…

"Insyaallah pak, akan saya usahakan"

"Begitu dong pak Kus…jangan menyerah sebelum mencoba ya…" sambil tangannya menepuk-nepuk bahuku yang sudah sedikit nyeri dari kemarin. Maklumlah petani, apalagi kerjaan tetapnya, selain mencangkul dan mencangkul.

"Iya pak" tukasku antara gamang dan ketidak pastianku

"Oh ya pak Kus, ini uang 5 juta untuk anggaran acara halal bihalalnya, mohon diperhitungkan ya pak Kus…"

"Insyaallah pak, saya tahu" pak Mun memberiku amplop berisi uang hasil iuran masyarakat untuk acara nanti.

"Oh ya pak Kus, untuk acara halal bihalal tahun ini, rencananya kita akan mengundang seorang ustadz Alim, saya sudah mengirim surat permohonan sekaligus menghubungi beliau lewat telpon untuk mengisi salah satu daftar acara nanti. Dan beliau menyetujui untuk datang pada acara dusun kita. Satu lagi pak Kus…untuk menarik perhatian penduduk dalam acara nanti, itu tergantung kerja sama antara pak Kus dan para remaja masjid. Terima kasih ya pak Kus atas partisipasinya" sambungnya. Aku hanya bisa menganga, tanpa bisa mengeluarkan kata-kata walaupun hanya satu kalimat. Sambil berusaha menyusun kepercayaan diriku sendiri, aku hanya bisa mengangguk. Mataku nanar menatap amplop berisi uang yang baru saja diberikan pak Rt padaku.

***

Halal bihalal tahun ini sepertinya merupakan acara halal bihalal yang paling ramai dari tahun-tahun kemarin, karena rencana pak RT dusun ini akan mengundang da’i kondang yang namanya tidak asing lagi di kalangan orang-orang besar, apalagi dikalangan kita-kita sebagai rakyat dusun kecil ini. Namanya selalu menghiasi media-media cetak manapun, baik yang kecil ataupun yang besar. Tak jarang pula wajahnya menghiasi channel-channel televisi saat ada acara-acara besar keagamaan. Kata-katanya yang menyejukkan bagi siapapun yang mendengarnya, apalagi bagi orang awam semacam aku.

Aku adalah orang dusun yang nggak punya jabatan apa-apa di Dusun Damai, tempat aku lahir dan dibesarkan sampai saat ini. Jangankan jabatan, sekolah saja aku hanya tamat SD. Mau bagaimana lagi, biaya sekolah sangat mahal, apalagi orang tuaku tidak meninggalkan warisan apa-apa ketika meninggal dunia, kecuali rumah yang ku tempati sekarang. Namaku Kusrin, orang Dusun biasa memanggilku pak Kus. Dan saat ini umurku kurang lebih empat puluh satu-empat puluh dua-an gitulah, pastinya aku kurang tahu. Maklumlah, bagi orang desa seperti aku, tidak ada waktu untuk memikirkan umur sendiri. Yang penting hidup, itu saja sudah cukup!!!. Eh…kok malah menceritakan tentang aku, kembali ke dai kondang tadi. Walaupun beliau tergolong muda, kata-kata yang keluar dari mulutnya selalu bisa menyeret hati siapa saja untuk mendengarnya.

"Ah…benar-benar da’i kondang pujaan banyak manusia. Da’i muda yang kehadirannya selalu dinanti-nantikan banyak umat", gumamku pada diri sendiri

***

Halal bihalal yang ditunggu-tunggu telah dimulai, semarak halal bihalal yang kental dengan nuansa islam kembali digaung-gaungkan. Tanpa disangka-sangka banyak yang hadir pada acara ini, bukan hanya penduduk dusun ini, tapi dari dusun sebelahpun rela datang walau hanya dengan berdiri. Yang penting bagi mereka, bisa menatap wajah da'i yang tidak asing lagi namanya secara langsung, sudah cukup bagi mereka.

Aku sebagai seorang yang dipercaya menangani acara ini oleh pak RT, merasa bahagia sekali, karena bisa membuat halal bihalal tahun ini ramai, kebersamaan antara dusun Damai dengan dusun sebelah terjalin. Berkat kehadiran ustadz Alim juga tentunya.

Hingga di penghujung acara, satu persatu penduduk pulang karena capek. Ustadz Alim juga mohon pamit. Aku maklum, jadwal safari dakwahnya pasti padat. Selain ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya, saat bersalaman, tidak lupa aku menyelipkan amplop, yang mungkin isinya tidak ada apa-apanya bagi beliau. Tapi setidaknya uang amanat masyarakat dusun ini, tulus kita berikan.

***

"Kebahagiaan, kedamaian, dan ketentraman hati senantiasa berawal dari ilmu pengetahuan, pengabdian, dan kejujuran. Ilmu mampu menembus yang samar dan menemukan sesuatu yang hilang serta menyikap sesuatu yang tersembunyi. Selain itu, naluri dari jiwa manusia adalah keinginan untuk mengetahui hal-hal yang baru dan mengungkap sesuatu yang menarik. Pengabdian dalam memberikan yang terbaik harus didasari dengan bekal
pemahaman dasar nilai-nilai kehidupan manusiawi yang hakiki. Seseorang yang sombong dengan harta dan kedudukannya, kehidupannya tidak akan sempurna. Hal-hal yang disombongkan tersebut hanya akan berguna untuk
memenuhi kepentingan diri sendiri serta mudah membuka jalan untuk melakukan korupsi. Letakkanlah kehidupan ini sesuai porsi dan tempatnya karena kehidupan adalah laksana permainan yang harus diwaspadai." Sebagaian kata-kata yang diucapkan oleh ustad Alim, tatanan kalimat yang bagus dengan inti yang memukau. Tapi itu sudah setahun yang lalu. Saat beliau diundang pertama kali untuk mengisi acara halal bihalal di dusun ini.

Saat ini, aku hanya bisa prihatin tanpa bisa berbuat apa-apa, menatap kursi-kursi kosong di bawah tenda, seperti tanpa ada kehidupan. Mereka, para penduduk dusun lebih memilih menyaksikan santapan rohani da'i pujaan mereka walaupun hanya lewat channel salah satu televisi, dari pada menghadiri acara rutin halal bihalal dusun Damai. Kalaupun ada yang datang, itu cuma sebentar, hanya sebagai syarat karena merasa tidak enak dengan ibu Fatmawati, istri pak Mun. Setelahnya, pulang dengan berbagai alasan demi menyaksikan seorang ustadz Alim yang berceloteh.

Hujan malam ini menambah suasana muram dusun Damai. Rintik-rintiknya menciprati panggung yang seharusnya ditempati ustadz Alim untuk berpidato. Dan hanya digantikan seorang da'i kampung yang tidak begitu menarik minat penduduk sini.

Aku hanya orang dusun yang tidak tahu apa-apa. Aku tidak tahu apa yang terdetik di hatinya saat itu, ketika aku menghubunginya untuk mengisi acara halal bihalal lagi, dan beliau menyetujuinya karena memang kebetulan tidak ada jadwal. Tapi aku lebih tidak tahu lagi apa isi hatinya, saat memutuskan untuk tidak bisa hadir di Dusun Damai ini, karena ada jadwal safari da'wah yang tidak bisa ditinggalkannya, tepat dua hari sebelum hari H acara halal bihalal di dusun Damai.

"Kenapa? Apa karena acara halal bihalal yang akan dihadirinya lebih heboh. Apa karena selain acaranya disiarkan langsung oleh salah satu channel televisi. Amplopnya juga sepuluh kali lipat lebih tebal". Aku hanya orang dusun yang tidak tahu apa-apa.

Aku hanya orang dusun, lebih tidak mengerti lagi dengan salah satu ucapannya waktu itu bahwa Seorang pimpinan yang bijak dan cerdas adalah orang yang mampu mengubah kerugian menjadi keuntungan. Masalah-masalah yang telah berlalu jangan diungkit lagi, karena hanya akan menimbulkan kesedihan, kegoncangan, dan terbuangnya waktu dengan percuma. Arahkanlah pandangan ke depan dan pertanyakan kepada diri sendiri, sudahkah ada yang akan didarmabhaktikan bagi bangsa dan negara ?.

Setidaknya walaupun aku bodoh, tapi aku masih punya ingatan. Sekali lagi, aku hanya orang dusun yang tidak tahu apa-apa maksud dari ucapannya.

Ramadhan in Cairo, 28 September 06

tulisan untuk majalah Sinar Muhammadiyah(Kairo)

THE CRISIS OF RELIGIONS HISTORY

Nafisah Fattah

Sebelum saya menjelaskan sejarah tentang keberadaan agama itu sendiri, saya ingin menjelaskan apa definisi kata din (agama) itu sendiri.

Secara leksikal, kata din berasal dari bahasa Arab yang berarti ketaatan dan balasan. Sedangkan secara teknikal, din berarti iman kepada pencipta manusia dan alam semesta, serta kepada hukum praktis yang sesuai dengan keimanan tersebut. Dari sinilah kata al-ladini (orang yang tak beragama) di-gunakan pada orang yang tidak percaya kepada wujud pencipta alam secara mutlak, walaupun ia meyakini shudfah (kejadian yang tak bersebab-akibat) di alam ini, atau meyakini bahwa terciptanya alam semesta ini akibat interaksi antar-materi semata. Adapun kata al-mutadayyin (orang yang beragama) secara umum digunakan pada orang yang percaya akan wujud pencipta alam semesta ini, walaupun kepercayaan, perilaku dan ibadahnya bercampur dengan berbagai penyimpangan dan khurafat. Atas dasar inilah agama yang dianut oleh umat manusia terbagi menjadi dua; agama yang hak dan agama yang batil. Agama yang hak merupakan dasar yang meliputi keyakinan-keyakinan yang benar; yang sesuai dengan kenyataan, dan ajaran-ajaran serta hukum-hukumnya dibangun di atas pondasi yang kokoh dan dapat dibuktikan kesahihannya.

Dari uraian singkat di atas tampak jelas bahwa istilah din atau agama terdiri dari dua unsur pokok: pertama, akidah atau aqa’id (keyakinan-keyakinan) yang merupakan prinsip agama. Kedua, hukum-hukum praktis yang merupakan konsekuensi logis dari prinsip agama tersebut.

Oleh karena itu, tepat sekali apabila bagian akidah ini dinamakan sebagai ushul (prinsip) agama, dan bagian ahkam (hukum-hukum) praktis dinamakan sebagai furu’ (cabang), sebagaimana para ulama Islam menggunakan dua istilah tersebut pada bidang akidah dan hukum-hukum Islam.

Pandangan Dunia dan Ideologi

Pandangan dunia (Ar-Ru’yah Al-Kauniyyah) dan ideologi adalah dua istilah yang berdekatan artinya. Salah satu arti pandangan dunia ialah seperangkat keyakinan mengenai penciptaan, alam semesta dan manusia, bahkan mengenai wujud secara mutlak.Sedangkan arti ideologi, salah satunya ialah seperangkat pandangan universal tentang sikap praktis manusia. Berdasarkan dua arti ini, sistem akidah setiap agama dapat dianggap sebagai sebuah pandangan yang bersifat universal. Sedang sistem hukum praktis agama yang bersifat umum adalah ideologinya. Maka itu, kedua istilah ini dapat diterapkan pada ushuluddin dan furu’uddin.

Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa istilah ideologi itu tidak meliputi hukum-hukum juz’i (partikular), begitu pula istilah padangan dunia itu tidak meliputi keyakinan-keyakinan yang juz'i. Hal lain yang juga perlu diperhatikan ialah bahwa istilah ideologi terkadang digunakan untuk pengertian yang bahkan mencakup pandangan dunia itu sendiri.

Pandangan Dunia Ilahi dan Materialisme

Pada umat manusia, terdapat berbagai pandangan dan keyakinan mengenai penciptaan alam semesta ini. Akan tetapi, semua itu dari sisi keimanan atau pengingkaran terhadap alam metafisis– dapat dibagi menjadi dua bagian utama; pandangan dunia Ilahi dan, pandangan dunia Materialisme.

Dahulu, penganut pandangan dunia materialisme dikenal sebagai ath-thabi’i dan ad-dahri. Terkadang juga disebut sebagai zindik dan mulhid (ateis). Sedangkan di zaman kita sekarang ini, mereka dikenal sebagai al-maddi (materialis). Di dalam kaum materialis sendiri, terdapat aliran-aliran. Yang paling menonjol pada masa kita sekarang ini adalah Materialisme Dialektika yang merupakan bagian Filsafat Marxisme.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa istilah pandangan dunia tidak terbatas hanya pada kepercayaan agama saja, namun mempunyai pengertian yang lebih luas lagi, karena istilah itu juga digunakan pada pandangan ilhadiyyah (ateisme) dan madiyyah (materialisme), sebagaimana istilah ideologi itu tidak hanya digunakan untuk sistem hukum suatu agama.

Agama-agama manusia

"Semua agama yang ada saat ini, entah disadari atau tidak oleh penganutnya, sudah memasuki suatu proses krisis yang berlangsung terus dan mendasar," demikian kata Hendrik Kraemer, seorang tokoh terkemuka dalam gereja Protestan. Konstatasi bahwa agama-agama menghadapi situasi krisis tidak hanya disampaikan oleh Kraemer sendiri. Ada banyak orang yang berpendapat seperti itu. Dr. Malachi Martin misalnya, yang dulunya seorang pastos Yesuit dan guru besar pada Pontifical Biblical Institute, Roma, setelah melakukan studi selama bertahun-tahun terhadap tiga agama serumpun yang berasal dari Kemah Ibrahim; Yahudi, Kristen dan Islam, juga sampai pada kesimpulan seperti itu; agama-agama sedang menghadapi krisis. Hasil kajiannya itu dikemukakan dalam bukunya The Encounter yang di beri judul "Religions in Crisis".

Agama yang hidup menghadapkan individu yang bersangkutan dengan pilihan yang paling menentukan yang dapat diajukan oleh dunia ini. Agama yang hidup memanggil jiwa bertualang jauh melambung tinggi, suatu perjalanan yang ditawarkan, melintasi hutan belantara, puncak gunung dan padang pasir kerohanian manusia. Panggilannya ini adalah untuk menghadapi kenyataan, dan untuk mengendalikan diri sendiri. Mereka yang berani mendengar dan mengikuti panggilan rahasia ini segera akan mempelajari bahaya-bahaya serta kesukaran-kesukaran dari perjalan yang sunyi itu.

Agama yang otentik merupakan pintu gerbang yang paling jelas. Melalui pintu gerbang itulah kekuatan kosmos yang tidak terhingga tercurah ke dalam eksistensi manusia. George Bernard Shaw berkesimpulan bahwa agama adalah satu-satunya kekuatan penggerak yang sesungguhnya di dunia ini. Agama bukanlah merupakan fakta dalam arti historis. Agama merupakan sebuah makna.

Telaah agama

Banyak agama yang tersebar pada saat ini, seperti agama Hindu, Buddha, Khong Hu Cu, Taoisme, Islam, Yahudi, dan Kristen.

Setidaknya kita tahu tentang fakta apapun mengenai warisan agama manusia, seperti makna yoga bagi orang Hindu, uraian Buddha tentang penyebab penyimpangan hidup, cita-cita hidup Konfusius tentang orang baik, seperti yang terwujud dalam pribadi Lao Tse, Lima rukun Islam, apa makna Eksodus bagi Yahudi, hakikat kabar gembira bagi orang Kristendi zaman awalnya, dan seterusnya. Suatu hal yang tidak dapat diremehkan. Tetapi apakah hanya itu?

Kita mungkin telah dapat merasakan bagaimana pentingnya peranan agama dalam kehidupan manusia. Hal itu malah mungkin menimbulkan kekecewaan tersendiri karena betapa sering perwujudan agama gagal. Dan kita mungkin telah merasakan betapa pentingnya mutu kehidupan beragama itu bagi kebudayaan itu sendiri.

Tidak ada salahnya kita mengambil sikap baru terhadap agama lain yang bukan agama kita anut sendiri. Tetapi, bukan dalam arti kita bahwa kita menyetujui semua agama tersebut. Karena dalam menelaah kehidupan semua agama manusia tersebut, tidak ada hal yang mengharuskan garis batas keyakinan kita masing-masing.

Saat ini yang harus kita pertanyakan adalah; bagaimana keserasian semua agama itu dengan yang lainnya? Dan bagaimana pula hubungan satu dengan yang lainnya?. Dalam perbandingan agama dewasa ini , nilai suatu jawaban lah yang membuat kokohnya jawaban tersebut. Yang pertama adalah bahwa di antara semua agama yang dianut manusia itu, ada suatu agama yang sedemikian tinggi mutunya, sehingga menganggap agama yang lainnya tidak bermutu dan lebih parah lagi menyebutnya dengan agama kekerasan atau agama teroris. Da n jawaban yang kedua adalah bukankah masing-masing agama itu mengandung bentuk tertentu dari hukum utama, hukum cinta, akan sesama manusia, dan bukankah semua agama itu berangapan bahwa sikap mementingkan diri sendiri merupakan sumber kesulitan hidup manusia dan berusaha untuk membantu manusia itu untuk mengatasi kesulitan tersebut dan aturan-aturan lainnya. Tetapi masih saja banyak dari mereka yang menganut suatu agama memerangi mereka yang berlainan agama.

Maka, setiiap hari dunia seakan semakin menjadi kecil, yang menyebabkan bahwa hanya saling pengertianlah yang dapat memungkinkan terwujudnya kedamaian. Tetapi kita seakan tidak siap menghadapi semakin kecilnya arti jarak ini. Saat ini, siapakah yang benar-benar siap menerima kenyataan yang agung bahwa bangsa-bangsa di dunia ini sama derajatnya. Kita terkadang tidak sadar menganggap segala yang berbau asing itu sebagai suatu hal yang lebih rendah. Padahal saat ini kita hidup pada abad raksasa, yang mana kemampuan abad ini jika dikembangkan sepenuhnya, maka kemajuan ilmu pengetahuan yang dicapai juga harus diimbangi dengan kemajuan yang setaraf dalam hubungan kemanusiaan.

Mereka yang mau mendengarkan orang lain dalam dunia sekarang ini, akan lebih berfikir tentang perdamaian, bukan perdamaian yang dilandaskan pada kekuasaaan keagamaan ataupun kekuasaan politik, tetapi yang didasarkan pada pengertian dan saling keterlibatan dalam kehidupan orang lain. Karena dengan pengertian itu, setidaknya akan menumbuhkan suatu penghormatan, dan penghormatan itu sendiri akan merintis jalan ke arah kekuatan yang lebih tinggi, yaitu cinta, yang dapat memadamkan api ketakutan, kecurigaan, dan prasangka. Dengan begitu tidak lagi akan menimbulkan peperangan agama yang saat ini banyak terjadi.

Setiap agama merupakan suatu paduan dari prinsip-prinsip universal dan perwujudan lokal, yang mana hanya penganutnya yang paham terhadap apa yang diyakininya.

sempat dikirim buat lomba, tapi g menang :D(anggep pengalaman...)

SENANDUNG KEMERDEKAAN

Nafisah Fattah

Kemerdekaan yang mana

Yang kau dendangkan

Sedang disana

Para koruptor masih berkeliaran

Demokrasi yang mana

Yang kau dengungkan

Sedang di sana

Para kritisimu kau penjarakan

Seperti itukah negara yang merdeka

Atau yang dikenal dengan demokratisnya

Kemerdekaan yang mana

Yang kau dendangkan

Sedang di sana

Masih banyak rakyatmu yang kelaparan

Demokrasi yang mana

Yang kau dengungkan

Sedang di sana

Masih banyak rakyat

Korban aparat tak bertanggung jawab

Generasimu seperti jengah

Dengan keadilan yang berlaku

Yang kaya semakin kaya

Sedang yang miskin semakin miskin

Seperti itukah negara yang merdeka

Atau yang dikenal dengan demokratisnya

Begitu merdu lagu kemerdekaan yang kau senandungkan

Walau nada-nada di dalamnya telah lama usang

Yang semakin lama, mungkin akan berkarat

Oleh darah-darah para korban kekerasan

Oleh hati yang telah mati para penguasamu

Aku rakyat jelata

Haruskah ku mengadu pada dewa

Tentang senandung kemerdekaan

Yang kau nyanyikan secara bertalu

Agar tidak menjadi senandung sendu

Karena jeritan pilu sebagian rakyatmu

Satu persatu wilayah bagianmu

Memisahkan diri darimu

Mungkin itukah yang kau sebut dengan kamerdekaan

Oh pancasilaku…

Mana kekuatan yang kau miliki

Dan mana pula kekokohan

Yang selama ini kau banggakan

Aku tahu…

Hanya satu yang kau perlukan saat ini

Moral, moral dan moral

Yang harus dimiliki rakyat dan penguasamu

Kairo, 1 0ktober 2005